Hari Raya Nyepi, Keheningan yang Membawa Kedamaian

                                
Budaya dan tradisi Bali yang di hadiri oleh agama Hindu adalah perayaan Hari Raya Nyepi, sebuah perayaan memperingati datangnya atau pergantian tahun Caka baru dalam kalender agama Hindu. Seperti namanya nyepi atau sepi, umat Hindu yang menariknya haruslah sepi, hening, tenang dan tanpa kegiatan. Tentunya berbeda dan berbanding terbalik jika dibandingkan dengan perayaan Tahun Baru Masehi yang identik dengan kemeriahan, semarak, euforia, gemerlapnya malam dan pesta. Bali sebagai tujuan wisata dunia, tentu saja dalam perayaan hari raya nyepi, wisatawan yang masih menginap di pulau Dewata harus diterima, semua ketentuan yang ditentukan oleh aturan desa setempat atau oleh umat Hindu Bali, semua kegiatan rekreasi seperti tur, bepergian ke luar hotel tidak diperbolehkan, tidak terkait lampu membuat kegaduhan, bahkan bandara internasional Ngurah Rai tutup sepanjang pelaksanaan Nyepi di Bali ini. 

Rangkaian Perayaaan Hari Raya Nyepi Di Bali
   
Dalam rangkaian perayaan penyambutan tahun baru, ada beberapa tahapan atau proses yang di gelar sebelum puncak perayaan Hari Raya Nyepi tersebut, seperti:
  • Upacara Melasti

          Proses ini dikenal juga dengan melis atau mekiyis, dilakukan 2-3 hari sebelum menghadiri Nyepi di Bali, tujuan digelarnya proses ini untuk menyelamatkan atau menyucikan diri dari segala kotoran jasmani dan manusia-manusia termasuk juga bantuan materi seperti pretima, arca, jempana dan barong sebagai simbol tempat istana Ida Sang Hyung Widi diarak menuju sumber air atau laut, kemudian memohon tirta amerta (udara suci kehidupan) untuk kesejahteraan dan keselamatan dunia dan manusia. Selesai melakukan malasti dari laut atau sumber air suci, semua pretima, arca, jempana dan barong dilinggihkan (ditempatkan) di pura Bale Agung, untuk memberkati umat manusia dalam acara tawur kesanga.


  • Tawur Kesanga

           Upacara ini dilakukan sehari sebelum hari raya nyepi. Biasa juga disebut Tawur Kesanga karena acara ini dilakukan pada tilem kesanga atau pada bulan mati, bulan kesembilan pada hitungan kalender bali. Upacara ini di adakan di setiap rumah warga, banjar, desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi. Biasanya di adakan di pelataran rumah, perempatan jalan dan alun alun. Ritual dari upacara ini yaitu menyebar nyebarkan nasi tawur, mengobor obori rumah dan pekarangan, serta memukul mukul benda apa saja yang menimbulkan suara gaduh. Tujuan dari ritual ini adalah untuk mengusir atau menghilangkan pengaruh buruk roh roh yang ada di alam manusia.






  • Hari Raya Nyepi

          Jatuh tempo pada penanggal apisan sasih kedasa(tanggal 1 bulan ke-10) tahun Caka. Setelah rangkaian pembersih diri,pretima termasuk buana agung, kemudian menggelar tawur kesangan, mulai untuk memulai catur Brata penyepian, sambil berpuasa, mempelajari dalam suasana hening, sepi, senyap di hari yang sangat di sucikan.

  • Ngembak Geni

         Rangkaian upacara ini dilakukan setelah merayakan hari raya nyepi, merupakan akhir dari pelaksanaan Catur Brata Penyepian. Selanjutnya, pelaksanaan Dharma Santi seperti seperti saling berkunjung antar umat untuk saling memaafkan,  memulai hal-hal baru di tahun baru Caka dengan tindakan positif, sehingga terbinanya hubungan serta kerukunan di antara orang dan kemajuan di muka bumi ini.

Sejarah Hari Raya Nyepi di Bali

          Seperti diketahui ajaran atau sumber dari agama Hindu adalah kitab suci weda yang berasal dari India. Begitu juga nantinya asal-usul atau sejarah sejumlah perayaan hari besar Hindu di Bali berasal dari India, seperti halnya sejarah atau asal-usul Hari Raya Nyepi tersebut yang merupakan hari perayaan tahun Baru bagi umat Hindu, datangnya setiap tahun sekali berdasarkan Kalender Isaka (saka), yaitu pada bulan mati (tilem) sasih Kesanga (bulan ke-9), karena akhir tahun kalender saka adalah bulan dengan jumlah terbesar yaitu bulan ke-9, sedangkan angka 10 pengulangan angka 1 dan 0, kalau dijumlahkan hanya bernilai 1, sehingga pada bulan ke-10 (Kedasa) adalah bulan baru yang bersih (kedas) untuk memulai kehidupan baru yang lebih baik.
Sejarah Hari Raya Nyepi di Bali berawal dari India. Yang mana saat itu pertikaian antar suku bangsa di India sangat sering terjadi, pertikaian terjadi antara suku Saka, Yueh Chi, Pahiava, Malaya dan Yavana, dari pertikaian tersebut mereka sewaktu-waktu menang dan kalah silih berganti, suasana peperangan serta perebutan kekuasaan membuat kehidupan sosial dan beragama di masyarakat tidak pernah tenang. Gesekan-gesekan juga sering terjadi karena kepengikutan umat terhadap kelompok mereka masing-masing serta pemahaman serta tafsir yang berbeda tentang ajaran agama yang mereka yakini.
Dari pertikaian panjang tersebut akhirnya suku Saka menjadi pemenang, kemenangan dibawah pimpinan Raja Kaniskha I dari dinasti Kushana dan suku bangsa Yuehch, ini menjadi sejarah besar di India, Raja Kaniskha I mampu merangkul suku-suku bangsa India, raja tidak menghancurkan suku bangsa lain yang beda paham, tetapi merangkul semua suku sehingga menjadi kebudayaan kerajaan yang besar. Untuk itulah pada bulan Maret tahun 78 Masehi, Raja Kaniskha I menetapkan sistem Kalender Saka sebagai kalender kerajaan, semenjak itulah toleransi antar suku bangkit tidak ada lagi pertikaian, masyarakat bersatu padu membangun dan sejak itu pula sejarah mencatat, sistem kalender Saka berkembang dengan sangat baik mengikuti penyebaran agama Hindu, termasuk agama Hindu di Bali.

           Lalu bagaimana sejarah dan apa hubungannya dengan perayaan Hari Raya Nyepi di Bali? Peringatan Tahun Saka ini bermakna pembaharuan, kebangkitan dan kebersamaan untuk persatuan dan kesatuan, menjadi hari kedamaian dan kerukunan, keberhasilan tersebut lalu disebarluaskan ke seluruh daratan India termasuk Indonesia yaitu Bali. Tahun Saka adalah salah satu kalender umat Hindu India juga bagi umat Hindu di Bali yang jumlah bulan (sasih) sebanyak 12 bulan sama seperti kalender Masehi, dan uniknya perayaan tahun Baru di Bulan 10 (kedasa) diperingati dengan hari raya Nyepi yang dimulai dilaksanakan pada puncak bulan mati (tilem) pada bulan Kesanga (ke-9).
Adapun sejarah tahun Saka di Bali berawal dari perjalanan seorang pendeta Kshatrapa Gujarat (India) dari suku bangsa Saka, kemudian diberi gelar Aji Saka, perjalanan Aji Saka dan sejumlah abdinya yang sampai pertama kali di pulau Jawa yaitu di desa Waru, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah pada tahun 456 Masehi. Aji Saka datang ke pulau Jawa untuk mengenalkan dan mensosialisasikan kalender Saka serta peringatan pergantian tahun Saka yang dikenal oleh Umat Hindu dengan perayaan Hari Raya Nyepi. Dari sinilah sejarah perayaan hari Raya Nyepi oleh umat Hindu di bumi Nusantara terutamanya Bali sekarang ini.
Sejarah tahun Saka di bumi Nusantara, berkembang dengan baik juga pada jaman kerajaan Majapahit. Pergantian tahun Saka yaitu pada sasih Kesanga (ke-9) jatuh pada bulan Maret-April bulan Masehi. Perayaan tersebut tertuang dalam Kekawin Negara Kertagama yang disusun oleh Mpu Prapanca. Sedangkan perayaan Tahun Saka yaitu pada perayaan Nyepi berdasarkan lontar Sanghyang Aji Swamandala dan Sundarigama.

Sejarah aksara Jawa dan Aji Saka

Mungkin anda sudah mengenal aksara Jawa seperti ini; Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Pa, Dha, Ja, Ya, Nya, Ma, Ga, Ba, Tha, Nga. Aksara Jawa yang berjumlah 20 tersebut diambil dari sejarah perjalanan sang Aji Saka di tanah Jawa. Termasuk juga aksara Bali juga memakai susunan alfabet tersebut namun tanpa “Dha” dan “Tha” dan hanya berjumlah 18. Susunan alfabet Jawa tersebut sekaligus sebagai puisi untuk mengenang dua orang abdi sang Aji Saka yang setia, keduanya tewas dalam menjalankan tugas. Susunan alfabet sastra Jawa tersebut berarti ada dua orang utusan, mereka berkelahi, sama-sama kuatnya, maka dari itu jadilah mayat (mati) semuanya.

Sejarah munculnya susunan aksara jawa tersebut, diceritakan setelah sang Aji Saka memerintah kerajaan Medang Kemulan. Sang Aji Saka mengutus seorang abdinya yang bernama Dora untuk mengambil keris pusakanya yang dititipkan kepada abdi lainnya yang bernama Sembodo, namun Sembodo menolak untuk memberikannya mengingat pesan yang diberikan oleh Aji Saka tidak boleh seorangpun yang mengambil selain Aji Saka sendiri, akhirnya keduanya saling mencurigai dan akhirnya bertarung sampai keduanya tewas. Mengetahui hal ini Aji Saka terkejut dan menyadari kesalahpahaman pada abdi setianya sehingga berujung maut.













  

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Artikel ( 1 MUHARAM / TAHUN BARU ISLAM 1440 HIJRIAH )

Puisi : Bullying Impact

Kalender Akademik Program Studi Diploma III